Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Rabu, 10 Agustus 2011

Greenpeace: MUI Dihasut APP

Sumber : http://www.pelitaonline.com/read/politik/nasional/16/5179/greenpeace--mui-dihasut-app/ 


Jakarta, PelitaOnline — KEBERADAAN Greenpeace di Indonesia terus dipersoalkan sebagian kalangan. LSM advokasi lingkungan itu greenpeace terus disudutkan berbagai tuduhan.

Setelah anggota DPR, kini giliran Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mendesak pemerintah melarang organisasi bermarkas pusat di Belanda itu.

Juru Kampanye Media Greenpeace Indonesia Hikmat Surya Tanuwijaya menilai upaya penyudutan itu datang dari korporasi yang tidak senang terhadap aktivitas Greenpeace. Bahkan, secara jelas, Hikmat menyebut nama Asia Pulp and Paper (APP), perusahaan kertas, yang didirikan taipan Eka Cipta Widjaja dan berbasis di Singapura.

“Penyudutan tersebut berasal dari Asia Pulp and Paper (APP) di Sumatera, Kalimantan, dan rencana ekspansi ke Papua,” kata Hikmat, Jumat (5/8).

Menurut dia, perusahaan tersebut menghasut MUI agar mengeluarkan larangan karena dana Greenpeace dianggap berasal dari judi. Hikmat pun menampik kalau dana Greenpeace berasal dari judi.

“Greenpeace yang di Belanda memang mendapatkan dana dari sumbangan berhadiah, tapi di Indonesia, kami tidak pakai cara itu. Justru dana mengalir dari 30.000 individu yang sepaham dengan perjuangan kami.”

Hikmat juga meminta MUI melakukan klarifikasi kepada Greenpeace Indonesia. Kalau cek dan ricek sudah dilakukan, Hikmat yakin duduk persoalannya akan diketahui.

Greenpeace berdiri pada 1971 di Vancouver, Kanada. Organisasi non-pemerintah, yang kini berbasis di Amsterdam, Belanda, itu berhasil mengumpulkan donasi hingga 196,6 juta euro atau Rp2,37 triliun pada 2008. Greenpeace memiliki perwakilan di 40 negara.

Greenpeace masuk Indonesia pada 2005. Di Tanah Air, organisasi ini fokus mengampanyekan penyelamatan hutan di Sumatera, Kalimantan, dan Papua.

Greenpeace Indonesia menilai kerusakan hutan di Indonesia sebagai musuh besar sebab menghasilkan 60 persen emisi.

“Dan saat ini perusahaan paling merusak, menurut kami, adalah Asia Pulp and Paper (APP),” kata Hikmat.

(Wiyanto | Irman A)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar